Dosen dan Mahasiswa Unsika Gelar Sekolah Lapang Petani, Latih Petani Hadapi Serangan Hama

Universitas Singaperbangsa Karawang menggelar program Farmers Field School (FFS) atau sekolah lapang petani di Desa Sindangkarya, Karawang. (dok. Universitas Singaperbangsa Karawang)

Dalam menghadapi tantangan serius dari serangan hama penggerek batang dan tikus tanaman padi, Farmers Field School (FFS) atau sekolah lapang petani hadir sebagai solusi inovatif bagi petani di Desa Sindangkarya, Karawang. Program ini, yang dilaksanakan oleh tim pengabdian masyarakat Fakultas Pertanian, Universitas Singaperbangsa Karawang sejak bulan September 2024 untuk kegiatan inti sekolah lapang petani, hingga bulan November 2024 untuk kegiatan monitoring rutin di tingkat petani. Adapun kegiatan pengabdian bertujuan untuk memberdayakan petani dalam mengendalikan hama sundep (penggerek batang) dan tikus tanaman padi, yang pada musim lalu menyebabkan kehilangan hasil hingga 85 persen.

Kegiatan tersebut dipimpin oleh Satriyo Restu Adhi, S.P., M.P., beranggotakan Lutfi Afifah, S.P., M.Si., Muhamad Rom Ali Fikri, S.P., M.Sc., serta mahasiswa Agroteknologi dan Agribisnis yaitu Siska Luthfiyah, Ahmad Lutfi Al Ansary, Muhammad Hafizh Ramadhan, dan Reza Setiawan, FFS berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengadopsi teknologi pengendalian hama yang ramah lingkungan. Program ini juga didukung oleh Pemerintah Desa Sindangkarya, UPTD Pertanian Kecamatan Kutawaluya, dan Penyuluh Pertanian Lapang, Hari Sutrisno, S.P., serta Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), Wahyu Abdul Aziz, S.P.

Kegiatan ini dilaksanakan berkat bantuan Program Pengabdian kepada Masyarakat dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbudristek Tahun 2024 menegaskan komitmen Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang untuk menerapkan hasil penelitian dosen dalam memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Dalam FFS, petani tidak hanya menjadi peserta pasif, mereka berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan praktis yang menggabungkan teknologi modern dengan pendekatan ekologis yang berkelanjutan.

Salah satu kegiatan utama adalah identifikasi hama dan penyakit tanaman menggunakan artificial intelligence (AI). Melalui pelatihan ini, petani belajar cara menggunakan aplikasi berbasis AI untuk mengenali hama dan penyakit yang menyerang tanaman mereka secara cepat dan akurat. Selain itu, mereka diajarkan cara memanfaatkan perangkap lampu tenaga surya (light trap) untuk memonitor dan mengendalikan serangga hama. Perangkap ini dirancang untuk menarik serangga hama dengan cahaya, sehingga memudahkan petani dalam mengidentifikasi dan mengurangi populasi hama tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya.

Universitas Singaperbangsa Karawang menggelar program Farmers Field School (FFS) atau sekolah lapang petani di Desa Sindangkarya, Karawang. (dok. Universitas Singaperbangsa Karawang)

Kegiatan lain yang tak kalah menarik adalah pembuatan pestisida nabati dari tanaman lokal. Petani diajarkan cara meramu pestisida alami menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh di sekitar mereka. Dengan memanfaatkan burung hantu sebagai pengendali hama tikus alami, mereka tidak hanya menjaga ekosistem tetap seimbang, tetapi juga meningkatkan hasil panen dengan cara yang berkelanjutan. Kegiatan ini juga menekankan pentingnya penguatan kelembagaan kelompok tani, yang membantu petani lebih terorganisir dalam mengelola sumber daya mereka.


Dari pelaksanaan FFS, petani di Desa Sindangkarya merasakan peningkatan signifikan dalam pengetahuan dan keterampilan, mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan serangan hama dengan lebih percaya diri dan mandiri. FFS bukan hanya sekadar program pelatihan ini adalah langkah nyata dalam memberdayakan petani dan memperkuat ketahanan pangan khususnya di Desa Sindangkarya. Dengan dukungan berbagai pihak, program ini diharapkan menjadi model yang dapat diterapkan di daerah lain, menginspirasi petani untuk terus berinovasi dalam pengelolaan hasil pertanian yang berkelanjutan.